Seorang perempuan yang membawa senjata api nekat menerobos Istana Presiden di Jalan Medan Merdeka Utara, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (25/10/2022) sekitar pukul 07.00 WIB. Pengamat Terorisme dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Roby Sugara mengatakan fenomena ini mirip dengan tindakan teror yang terjadi di Mabes Polri pada 31 Maret 2021 lalu. “Kemungkinan besar dia adalah sama dengan Zakiah. Aksi lone wolf,” kata Roby Sugara saat dihubungi, Selasa (25/10/2022).
Lanjut dia, hal itu tercermin dari gaya hingga padanan busana yang mirip antara pelaku di Istana Negara dengan Mabes Polri yakni sama sama mengenakan cadar. “Pelaku sepertinya sengaja tentang identitas aksi bahwa yang melakukan adalah muslim perempuan yang mengenakan cadar. Dari sini terlihat bahwa pelaku tidak fokus kepada target tetapi pada identitas dirinya,” tuturnya. Terkait motif pelaku, Roby menduga sosok wanita tersebut tergerak untuk membantu sesama muslim.
“Yang menurut dia sedang menderita marena ulah sebuah rezim tertentu," ujarnya. Ditambahkannya, karena kemungkinan besar polanya sama maka bisa saja senjata api rakitan ini dibeli melalui daring kemudian dirakit untuk digunakan untuk melumpuhkan. “Senjata apinya sangat mungkin juga dibeli di online lalu dirakit untuk bisa digunakan dalam membunuh target,” tuturnya.
Pada 31 Maret 2021 lalu, masyarakat digemparkan dengan aksi penyerangan Mabes Polri, Jakarta Selatan, oleh seseorang bersenjata. Rekaman CCTV memperlihatkan seorang perempuan berpakaian hitam dan kerudung biru mengacungkan senjata dan disebutkan melepaskan beberapa tembakan di area kompleks Mabes Polri. Tak lama berselang, pelaku penyerangan berhasil dilumpuhkan dengan timah panas polisi.
Peluru yang menembus jantungnya mengakibatkan pelaku tewas di tempat. Hasil penyelidikan polisi menunjukkan bahwa pelaku adalah seorang perempuan muda bernama Zakiah Aini (25). Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo mengatakan Zakiah adalah pelaku penyerangan tunggal atau dikenal dengan istilah lone wolf.
Ia secara terang terangan mendukung organisasi teror ISIS. "Yang bersangkutan ini adalah tersangka atau pelaku lone wolf beridiologi ISIS. Terbukti dari postingannya di sosial media," ujar Listyo saat jumpa pers di Mabes Polri Rabu (31/3/2021) malam. Lantas, apa itu lone wolf dan mengapa aksi teror terus bermunculan?
Pengamat terorisme dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Robi Sugara mengatakan lone wolf adalah istilah serigala yang terpisah dari kumpulannya. "Lone wolf ini karena self radicalised atau teradikalisasi sendiri lewat media masa atau online," jelas Robi kepada Kompas.com melalui pesan WhatsApp, Kamis (1/4/2021). Terkait dengan adanya aksi teror yang terus bermunculan di Indonesia, menurutnya dikarenakan sejumlah faktor.
Salah satu faktornya, yakni adalah penafsiran ekstrem ayat ayat agama. "Umum di kalangan teroris negara ini thagut harus diperangi dan aparatnya wajib dibunuh," papar Robi. Dengan berhasil membunuh atau mati pada saat membunuh mereka berarti dipandang sudah ikut berperang di jalan Tuhan.
Dengan adanya rentetan aksi teror belakangan ini, menurut Robi dapat diartikan bahwa sel sel radikal masih eksis. "Ini menandakan sel sel mereka masih ada dan ideologi ini tidak pernah benar benar mati," pungkas dia.